After Office Hours
Jia Effendi...[et al] ; Dyah Agustine
Tersedia di:
Deskripsi
Aku mendengar obrolan bisik-bisik dari ruang keuangan. Tidak jelas mereka membicarakan apa. Lega karena ternyata masih ada karyawan yang bekerja di lantai ini, aku bermaksud menyapa. Namun, pintu ruangan terkunci.Tunggu… itu bukan obrolan. Itu nyanyian. Dan ketika kuintip ke dalam dari balik jendela kaca, seseorang sedang menari di atas salah satu meja. Memunggungiku. Perempuan dengan daster putih terawang. Tangannya bergerak lentik seperti penari Bali. Sesekali dia melompat ke setiap meja sambil mendecakkan, “Cah… cah… cah…” Lalu, kepalanya meliuk-liuk cantik, dan rambut panjangnya berayun. Beberapa saat kemudian, dia menoleh. Dan wajahnya merah. Seperti Barong.Setelah semua lampu dan komputer dimatikan, semua karyawan pulang, kantor menjadi lebih senyap daripada pekuburan. Tapi tak jarang satu-dua orang memberanikan diri bekerja lembur, menutup telinga dari suara-suara tanpa wujud, mengabaikan bayangan putih yang melintas di sudut mata. Mungkin kau pun pernah mengalaminya.