JAKLITERA sudah ada versi mobile lho! Unduh
Pinjam buku ini
Anak Bajang Menggiring Angin

Anak Bajang Menggiring Angin

Sindhunata (pengarang)

Edisi Cet. 11 Cetakan 7; cetakan ketiga belas ; Cetakan kedua ; Cetakan keduabelas, September 2021
Penerbit Jakarta : : PT Gramedia Pustaka Utama, 1984, 2003, 2018; 2022
Deskripsi Fisik 488 halaman : ilustrasi ; 21 cm
ISBN 9786020312521
Subjek Fiksi Indonesia / novel
Bahasa Indonesia
Call Number 813 SIN a ; KC/813 SIN a

Tersedia di:

Perpustakaan Jakarta - Cikini
Dapat dipinjam: 6
Perpustakaan Jakarta - PDS HB Jassin
Dapat dipinjam: 3
Perpustakaan Jakarta Utara - Koja
Dapat dipinjam: 1
Perpustakaan Jakarta Pusat - Petojo Enclek
Dapat dipinjam: 2

Deskripsi

"Terimalah perhiasanku ini, Nak," kata Dewi Sukesi. Dan perempuan tua ini pun mengalungkan untaian kembang kenanga di dada Kumbakarna! Mendadak alam pun membalik ke masa lalu. Tanpa malu-malu. Jeritan kedukaan menjadi madah syukur sukacita. Bermain-main anak-anak bajang di tepi pantai, padahal kematian sedang berjalan mengintai-intai. Gelombang lautan hendak menelan anak-anak bajang, tapi dengan kapal kematian anak-anak bajang malah berenang-renang menyelami kehidupan. Hujan kembang kenanga di mana-mana, dan Dewi Sukesi pun tahu, penderitaan itu ternyata demikian indahnya. Di dunia macam ini, kebahagiaan seakan hanya keindahan yang menipu. Sukesi terbang ke masa lalunya, ke pelataran kembang kenanga. Ia tahu kegagalannya untuk memperoleh Sastra Jendra ternyata disebabkan oleh ketaksanggupannya untuk menderita. Ia rindu akan kebahagiaan yang belum dimilikinya, dan karena kerinduannya itu ia malah membuang miliknya sendiri yang paling berharga, penderitaannya sendiri. Dan pada Kumbakarna lah kini penderitaan itu menjadi raja. Sejak penerbitannya yang pertama, buku Anak Bajang Menggiring Angin ini sangat disukai para pembaca. Oleh banyak pengamat sastra, buku ini dianggap sebagai kisah wayang yang bernilai sastra. Pengarang menimba ilham penulisan buku ini dari kisah Ramayana, yang hidup dalam masyarakat Jawa. Karena gaya bahasa sastranya yang khas, karena imajinasi simboliknya yang kaya, dan karena penggalian makna-makna filosofis yang dalam, buku ini tak dapat dianggap sebagai sekadar salah satu versi dari kisah Ramayana, melainkan sebagai penciptaan kembali kisah tradisional Ramayana ke dalam bentuk sebuah kisah sastra. Buku ini menampilkan suatu kisah, yang mengandung sesuatu kemustahilan, sesuatu yang asing bagi pengalaman biasa, sesuatu impian kosong bila dipandang dari kenyataan harian manusia. Tapi kekuatan dari karya sastra ini justru terletak dalam menampilkan impian-impian itu menjadi suatu jalinan kisah insani, yang membuat impian-impian itu tampil sebagai cita-cita yang dirindukan manusia. Siapa dapat memastikan : apakah kenyataan itu sesungguhnya impian dan impian itu justru sesungguhnya kenyataan? Karya sastra ini memberi harga yang mahal dan nilai yang tinggi terhadap impian manusia.

Ulasan

4.0

/5
(1)
1
0
2
0
3
0
4
1
5
0