Jejak Sang Pencerah
Didik L Hariri
Tersedia di:
Deskripsi
Ketika kereta api melewati wilayah karesidenan Magelang, ia teringat pada seorang kyai yang mempertanyakan kenapa dirinya memakai sistem pangajaran seperti orang kafir. Dengan tenang Haji Ahmad Dahlan balik bertanya, “Maaf, Kyai, saudara dari Magelang ke sini tadi berjalankah atau memakai kereta api?” “Pakai kereta api, Kyai,” jawab sang Kyai tersebut. “Kalau begitu, nanti kalau Kyai pulang sebaiknya dengan berjalan kaki saja.” “Lho… Mengapa?” tanya sang tamu keheranan. “Kalau Kyai nanti naik kereta api, Kyai akan mempertanyakan pada diri sendiri, ‘bukankah itu perkakasnya orang kafir?’” *** Menampilkan sosok besar dan karismatik dalam bentuk karya populer seperti novel, tidaklah mudah. Lebih-lebih jika sosok itu adalah orang yang sangat berpengaruh dan mempunyai kontribusi besar dalam perjuangan umat dan bangsa. Gambaran itu kiranya yang tersirat dari tokoh sekaliber K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Kesan yang tiada tara dan bandingnya tentang Kayi Dahlan begitu melekat, terutama di kalangan warga persyarikatan Muhammadiyah. Kisah pembaruan kehidupan sosial dan keagamaan Kayi Dahlan begitu mengesankan dan mewarnai percaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tentu banyak rintangan, tantangan dan godaan sang tokoh ini dalam perjuangan memberikan ‘pencerahan’ kepada masyarakat. Kisah perjuangan K.H. Ahmad Dahlan kini dapat dinikmati dalam bentuk karya fiksi yang mengupas secara utuh jejak pemikiran dan perjuangan beliau dalam ranah agama, politik, dan pendidikan.