Sendiri, hanya berteman rindu dan sunyi. Itulah gambaran kehidupan Umi Salimah, seorang wanita yang sering ditinggal oleh suaminya. Satu per satu, kedua anaknya, Naurin dan Sophia, juga pergi. Akhirnya, Umi Salimah mengontrakkan rumahnya, dan kembali ke rumah kecil peninggalan orang tuanya. Sebuah rumah berlumut, namun penuh kedamaian. Di rumah itulah, ia menemukan keindahan di tengah kesunyian hidup yang mengurungnya. Dan, maghrib adalah penghiburnya. Ada apa dengan maghrib? Mengapa Umi Salimah begitu terpesona terhadap maghrib? Dan, mampukah maghrib memupus kerinduan wanita itu kepada suami dan anak-anaknya, lalu mengganti dengan kerinduan kepada Tuhan?