Marzuki Alie Pemimpin Yang Mengalir
-
Tersedia di:
Deskripsi
Dinamika politik Indonesia yang hadir sebagai konsekuensi penerapan sistem politik demokrasi langsung dewasa ini, semakin dapat diakses oleh masyarakat luas melalui berbagai media massa. Demikian pula, ketika DPR melakukan Rapat Paripurna guna membahas hasil akhir Pansus DPR tentang Bank Century belum lama ini, masyarakat luas segera dapat menyaksikan secara langsung, fenomena politik yang berkembang di dalam Gedung DPR/MPR. Sebagai pimpinan sidang, Marzuki Alie, banyak menjadi sorotan dan pembicaraan luas. Gaya kepemimpinan sang Ketua DPR kali ini memang berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Berbagai komentar mengemuka tatkala Marzuki mengambil keputusan yang tegas untuk menyetop jalannya rapat, karena semua pembahasan yang ditentukan oleh agenda sidang, memang telah selesai dibahas. Pada mulanya, banyak yang tidak memahami mengapa pimpinan sidang melakukan keputusannya. Tetapi, setelah situasi agak mereda, dan jalannya rapat paripurna hari kedua berjalan dengan tenang dan lancar, banyak yang mulai paham, apa sejatinya yang dilakukan Marzuki Alie: bahwa ia tegas dan tegar di dalam menghadapi badai politik di Senayan, mengendalikan sidang di tengah mengemukanya berbagai kepentingan politik. Di tengah cercaan, hujatan, dan tuntutan untuk mundur, Marzuki Alie tetap tenang menghadapinya. Marzuki siap berdialog dengan siapa saja, termasuk para pengkritiknya. Dalam demokrasi, politik bisa menjadi demikian dinamis. Pemimpin sekelas Marzuki Alie akan terus diuji. Justru disitulah proses pendewasaan kepemimpinan terjadi. Marzuki Alie, sebagaimana ditulis di dalam buku ini adalah sosok yang kian tidak asing lagi bagi tak hanya para kader Partai Demokrat, tetapi juga publik secara luas. Karirnya di Partai Demokrat, sebagai Sekretaris Jenderal, serta Sekretaris Tim Nasional SBY-Boediono, tidak dapat dipandang sebelah mata. Justru, apa yang dialami Marzuki, hingga akhirnya didukung penuh Partai Demokrat untuk menjadi Ketua DPR, merupakan suatu lompatan politikyang, tidak semua orang dapat mengalaminya. Dunia politik selalu terbuka bagi banyak kemungkinan. Sebagaimana pula politik dapat diisi oleh banyak aktor dari berbagai latar belakang. Secara ideal, politik adalah panggilan. Marzuki Alie terpanggil untuk terjun secara politik, melalui keterlibatan dan aktivitasnya di Partai Demokrat. Partai Demokrat sendiri merupakan partai politik yang fenomenal sejak didirikannya. Partai ini telah dua kali mampu mengusung calon presnden dan wakil presiden yang akhirnya terpilih. Kemenangan Partai Demokrat pada Pemilu Legislatif 2009, bagaimanapun merupakan prestasi politik yang spektakuler. Tidak saja karena Marzuki Alie, tetapi kemenangan tersebut adalah hasil kerja kolektif, atas arahan Ketua Dewan Pembina DPP Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono. Buku ini, mengisahkan tentang sosok Marzuki Alie, khususnya sebagai seorang politisi mutakhir. Tentu saja, tidak semua yang dikisahkan selalu dari perspektif politik, tetapi juga yang lain--keluarga, kolega, aktivitas sosial, dan sebagainya. Buku ini, sejatinya pula merupakan buku yang mengisahkan tentang kepemimpinan Marzuki Alie, seorang profesional yang melangkahkan kakinya di dunia politik. Marzuki, dan biasanya juga politisi-politisi lain, memberangkatkan diri dari kegelisahan: betapa kekuasaan dapat dipakai untuk menggusur pandangan dan perilaku profesional. Idealisme dapat digeser oleh kekuatan kepentingan. Karena itulah, Marzuki yang merasakan betul bahwa posisinya sebagai profesional diombang-ambingkan oleh politik, tergerak. Ia harus masuk ke dunia politik, agar kekuasaan dimanfaatkan secara benar dan tidak sewenang-wenang. Birokrasi dan profesionalisme penyelenggaraan negara harus terbebas dari kepentingan politik sempit dan dzalim. Marzuki Alie dan tentu saja juga yang lain, telah berupaya memberikan kontribusikan yang terbaik bagi Partai Demokrat, tentu tidak mau setengah-setengah dalam berpolitik membesarkan partai. Marzuki, dan rekan-rekannya sesama kader Partai Demokrat, tidak boleh terlena dengan kemenangan-kemenangan pemilu pada saat ini. Partai politik bukan sekedar urusan jangka pendek. Ini karena memang partai politik tidak dimaksudkan sekedar untuk memenuhi kepentingan jangka pendek. Partai adalah urusan jangka pendek dan panjang. Tanggung jawab atas masa depan Partai Demokrat, tentu saja tidak hanya terletak pada pundak SBY, sebagai ikon yang luar biasa, tetapi terletak pada semua kader partai itu sendiri. Oleh sebab itulah, kedepan diperlukan sosok pemimpin politik yang tepat dalam mengelola partai di tengah-tengah keniscayaan perubahan politik. Marzuki Alie adalah sosok yang low profile, tetapi tegas dalam bersikap dalam bingkai memperjuangkan prinsip. Buku ini menegaskan Marzuki sebagai sosok yang mengalir. Sebagai politisi pun mengalir, dalam arti tidak nggege mongso atau ambisius bertindak tanpa mengukur diri. Marzuki menerima amanah dengan sepenuh tanggung jawab dan berupaya untuk bekerja keras dan sungguh-sungguh dalam mewujudkan hasil kinerjanya yang terbaik. Akhirnya, mudah-mudahan buku ini dapat menjadikan inspirasi bagi kita semua, dengan mengambil hikmah atas perjalanan karir politik dan kepemimpinan seorang Marzuki Alie. Tim Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak (dan sumber) penulisan buku ini, dengan tetap mengharapkan kritik dan saran dari segenap pihak, guna perbaikan buku ini ke depan