Ia merasa melayang tak tentu. Diliriknya jam dinding. Hampir setengah delapan. Haruskah ia datang? Apa yang bisa dikatakannya di depan gadis itu? Bahwa ia juga mencintainya? Bahwa ia hanya ingin melindunginya? Bahwa ia bersedia menjadi kekasihnya? Apa yang ada dalam kepalamu, Gaza?! Dihantamnya bibir jendela kera-keras. Apa yang nanti akan dikatakan oleh orang-orang? Terngiang ucapan Didi padanya tempo hari. Emang orang gila, lo. Diremasnya kotak kado mungil dalam genggamannya. Kesal. Ia mengutuk sejadi-jadinya. Ia ingin melupakan waktu saja. Biarkan ia mengering di situ. Biarkan perasaannya meranggas. Ia tak pantas mengambil kepututsan itu; apa pun alasannya. Dion hanya seorang gadis berusia dua belas tahun. Enam belas tahun jarak merentang mereka. Tak ada alasan yang dapat membenarkan keputusannya. Ia merasa dirinya melayang dalam gelap ruangan.