Orang-orang Arab pada zaman Jahiliyah menamakan hari tersebut menamakan hari tersebut dengan Hari Al-Arubah, sedangkan maknanya adalah rahmat. Pada hari tersebut orang-orang Quraisy berkumpul untuk bermusyawarah mengenai urusan-urusan mereka. Dalam hal ini, dikatakan bahwa Ka’ab bin Lu’ai yang merupakan nenek moyang Nabi, senantiasa berkhutbah pada kaumnya di hari tersebut. Kitab-kitab sejarah mengatakan bahwa Ka’ab bin Lu’ayyi berkhutbah dengan khutbah yang bagus. Dalam khutbahnya dia menuturkan dan memberi kabar gembira akan diutusnya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan mengingatkan supaya masyarakat mengikutinya