Ironi negara kepulauan
-
Tersedia di:
Deskripsi
“Buku ini menggambarkan kondisi Indonesia dari berbagai aspek. Ia tak hanya mengkritisi kebijakan pemangku kepentingan yang belum mampu mengelola potensi sumber daya untuk mewujudkan kesejahteraan bersama, namun ia juga memberi solusi. Buku ini menarik karena Beni mengemas dengan tutur kata yang santun dan sederhana tetapi tajam serta berani menukik tanpa basa-basi. Justru ini menjadi kekhasan yang ditulis oleh generasi muda yang matang dengan segudang prestasi khususnya di bidang organisasi. Semoga ini dapat menjadi satu referensi dalam mengembangkan potensi bangsa untuk menjadi negara maju yang membawa kita menjadi Tuan di Negeri sendiri”. —Eka Saputra (Presidium Pimpinan Pusat Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia KMHDI). Anak muda harus paham permasalahan kebangsaan agar kita tidak gamang dengan agendaagenda prioritas nanti, ketika estafet kepemimpinan telah diserahkan kepada kita. Buku ini memberikan informasi yang bisa memperkaya kepahaman kita. —Karman BM (Ketua Umum PP Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) 2013-2017/Co-Founder Asian African Youth Government. ""Buku ini berisi tentang keresahan nurani seorang anak bangsa atas realitas bangsanya. Di buku ini kita akan menemukan banyak gugatan terhadap kondisi bangsa ini. Gugatan di dasari oleh rasa cinta terhadap bangsa dan negara. Oleh karena itu gugatan itu disertai dengan tawaran solusi yang menarik"". —Andryan (Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia PB KAMMI). ""Catatan panjang tum Ben - sapaan akrab ke penulis, membawa sentakan bagi kesadaran kolektif sebagai seorang anak bangsa. Keutuhan pemahaman kekayaan, dan analisis persoalan makro yang disajikan, bisa menjadi catatan yang harus dibaca. Selamat membaca"". —Ayub Manuel Pongrekun (Pengurus Besar Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia PB GMKI). “Buku ini wajib dibaca bagi segenap insan yang mengaku cinta Bangsa sendiri. Ini adalah hasil olah batin dan olah pikir akan fakta negeri yang gemah ripah loh jinawi namun berbanding terbalik dengan kondisi masyarakatnya. Semoga ini memunculkan kesadaran cendekiawan muda untuk memperjuangkan kehidupan bangsa yang sepatutnya melalui sumbangsih pemikiran yang solutif”. —Suparjo (Ketua Umum Presidium Pusat Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia PP HIKMAH BUDHI).