Dalam kumpulan puisi ini, Fitri Nganthi Wani menerjemahkan luka, cinta, duka
keluarga, dan peliknya kehidupan sebagai anak Wiji Thukul—aktivis yang
hingga sekarang tak terang keberadaannya. Sesekali dengan bahasa manis, lebih
sering dengan bahasa menggertak, memperlihatkan kegeraman dan nada
perlawanan yang kentara sebagai perempuan. Persis seperti yang
disampaikannya, Perempuan memang begini. Kalau tidak melawan, tidak akan
menawan.