Lembayung kuta
Ketut Sugiartha (Pengarang) ; I Made Sudiana (editor)
Tersedia di:
Deskripsi
Cerita dalam novel ini mengajarkan sesuatu dalam kehidupan. Terpuruk atau bangkit adalah berkat usaha sendiri. Meski dalam prosesnya, ada pengaruh dari luar diri yang sadar maupun tidak kita sadari. Tokoh-tokoh dalam Lembayung Kuta pernah terpuruk, namun akhirnya bisa bangkit. Dampak pasca Bom Bali, begitu terasa dalam kisah novel ini. Munkin novel ini telah menjadi kepingan hidup pengarangnya. Semacam catatan perjalanan hidupnya yang dibalut dalam kisah memikat. Dialog-dialog lugas antar tokoh sesungguhnya penuh perenungan. Makna hidup, refleksi, juga perihal kemungkinan untuk melampaui takdir. Sebab hidup ibarat roda yang selalu berputar, seperti yang dialami tokoh Rai dan May. Tak ada yang tidak mungkin. Bahkan mengukir nasib sendiri pun mungkin. Seperti persoalan-persoalan pada novel ini yang akhirnya menemukan solusi. Pada akhirnya, keyakinan pada diri sendiri adalah penentu. Meski bergerak pelan, novel ini bertutur mengalir serupa aliran sungai. Cinta tak pernah luput dari karya sastra. Ketut Sugiartha dengan lancar membahas kisah cinta universal dengan latar Bali. Seperti cinta pada keluarga, cinta akan Bali, dan cinta akan diri sendiri yang tergambar sepanjang novel. Cintalah yang membuat semua menjadi mungkin. Novel Lembayung Kuta adalah jejak pengingat akan Bali, akan hal-hal yang patut dijaga. Karya yang patut diapresiasi di tengah masih minimnya kisah-kisah tentang Bali dari sudut pandang orang Bali. Dalam novel ini tersirat jelas makna kerukunan dalam keberagaman.