Dakwah & kuasa : jalan terjal ikhwanul muslimin dalam pentas politik mesir
Ahmad Rizky M. Umar (Pengarang) ; Arco Transept (editor)
Tersedia di:
Deskripsi
Indeks : halaman 262-264 ; Bibliografi : halaman 249-260 ; Dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir, Ikhwanul Muslimin menjadi fenomena paling menarik perhatian para pengkaji Islam Politik di Timur Tengah. Bergerak sebagai oposisi selama hampir 50 tahun, Ikhwan tampil ke permukaan setelah Hosni Mubarak jatuh pada tahun 2011. Pada Pemilu 2012, secara mengejutkan mereka memenangi Pemilu bersama kelompok Islamis lain, Salafi. Dari memenangi Pemilu, mereka melanjutkan petualangan politik ke Pemilihan Presiden, dan dengan sukses mendudukkan Mohammad Morsy, kader terbaik mereka, sebagai Presiden Mesir. Kemenangan politik Ikhwan menjadi bahan uji bagi para pengkaji Islam dan demokrasi. Benarkah Islam bisa kompatibel dengan demokrasi? Selama ini, para pengkaji Islam Politik pesimistis gerakan Islam akan menyerap gagasan tentang demokrasi atau masyarakat sipil. Kajian-kajian Samuel Huntington, Bassam Tibi, dan Bernard Lewis cenderung melihat Islamisme sebagai ekspresi penolakan sebagian umat Islam terhadap modernisasi yang dibawa oleh masyarakat Barat. Kajian-kajian semacam itu melupakan satu fakta penting bahwa kemunculan banyak gerakan Islam, termasuk Ikhwan di Mesir, adalah bentuk artikulasi identitas yang mereka yakini dan mereka perjuangkan. Buku ini menawarkan perspektif yang sedikit berbeda tentang Islamisme, Islam Politik, dan Gerakan Islam. Ia melihat Islamisme sebagai sebuah proyek hegemoni yang hendak menganti tatanan politik sebelumnya. Dalam proyek hegemoni itu, perjuangan gerakan Ikhwanul Muslimin dikupas melalui analisa-analisa kritis sejak mula-mula ditubuhkan hingga kejatuh