Mencari raden saleh
Kurnia Effendi (Pengarang) ; Tia Setiadi (editor)
Tersedia di:
Deskripsi
Kedatangan ke Belanda pada abad XXI mustahil masuk di buku berjudul Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda 1600-1950 (2008) susunan Harry A Poeze. Kurnia Effendi tak lagi mengalami masa kolonial tapi menginginkan ada panggilan sejarah dan imajinasi kembali ke abad XIX. Di sela mencari Raden Saleh, ia merasakan kehadiran atau melihat imajinatif lakon masa lalu bertokoh: Mohammad Hatta, Tan Malaka, Sutan Sjahrir. Pembaca tak usah memaksa mencari dan menemukan nama-nama: Ki Hadjar Dewantara, Noto Soeroto, Abdul Rivai, Ahmad Soebarjo, Marco Kartodikromo, Roestam Effendi, dan Soerjo Soeparto. Di kota-kota teringat memiliki universitas, museum, dan perpustakaan mentereng, Kurnia Effendi melewati hari-hari dengan mata-membaca dan mata-memotret. Kepulangan dari Belanda, terbitlah buku puisi berjudul Mencari Raden Saleh. Judul agak mengecoh. Di buku, puisi mengenai Raden Saleh cuma sedikit tapi mengesahkan kepergian bermisi keaksaraan. “Puisi, mungkin serupa sketsa bagi pelukis, saat ditulis awal,” pengakuan Kurnia Effendi. Puisi demi puisi digubah di hari-hari terus berganti. Ia berlimpahan puisi gampang terkena tuduhan “serampangan” atau pencatatan kesan saja. Sejak mula, Kurnia Effendi menginginkan: “Untuk tak jatuh pada puisi turisme, maka perlu dilengkapi dengan pengetahuan.” Puisi-puisi dikerjakan serius meski di ketergesaan, cepak, dan kesemrawutan.