

Adab berpolitik : nasihat dan hikayat untuk pemimpin dan penguasa
al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad ; Abdul Rosyad Shiddiq (penerjemah) ; Dien Cahaya SF (penyunting) ; Nur Aly (penata isi) ; Ujang Prayana (perancang sampul)
Tersedia di:
Deskripsi
Judul asli : at-Tibr al-Masbuk fi Nasihat al-Muluk ; Diterjemahkan dari at-Tibr al-Masbuk fi Nasihat al-Muluk karya Imam al-Ghazali, tashih oleh Ahmad Syamsuddin terbitan Dar al-Kutub al-Ilmiyah Beirut, 1988 M. ; Seorang ulama pernah diundang seorang khalifah (raja). “Berilah aku nasihat,” pinta sang raja. Lantas sang alim bercerita: Di sebuah negeri nun jauh hidup seorang raja adil dan mencintai rakyatnya. Suatu ketika ia sakit telinga hingga tuli, lalu ia menangis. Sang penasihat bertanya, “Mengapa engkau menangis, Paduka?” “Aku menangis bukan karena sakitku, tapi karena aku tidak mampu lagi mendengarkan keluhan rakyatku yang meminta pertolongan di depan singgasanaku.” Mendengar hal itu, sang penasihat memerintahkan rakyatnya agar memakai baju merah untuk memberitahu sang raja bahwa orang tersebut sedang kesulitan.” Begitulah kisah demi kisah mengalir dalam buku ini yang diperkuat dengan petuah yang menggugah akal dan menggedor hati. Meski bukan rujukan ilmu politik bagi para penguasa, namun kandungan kitab klasik ini sarat dengan etika berpolitik yang berharga, seperti tersirat dalam judul aslinya al-Tibru al-Masbuk fi Nashihat al-Muluk (Emas yang Didesain untuk Nasihat bagi Para Penguasa). Mulanya ditujukan kepada Sultan Muhammad ibn Malik Syah dari Dinasti Saljuk, tapi isinya terus menginspirasi lintas generasi. Diulas luas dua poin utama: pertama, kekuatan akidah tauhid bagi pemimpin; kedua, keindahan moral, keadilan, keutamaan ilmu dan ulama. Krisis penguasa berakar dari krisis ulama. Ulama bisa jadi agen perubahan dalam perbaikan pemerintahan. Lewat buku ini, Imam al-Ghazali mengambil peran itu: tampil untuk reformasi moral kekuasaan pada masanya. Baginya, penguasa dan ulama merupakan dua pilar penting untuk memakmurkan masyarakat. “Seorang pemimpin adil,” kutipnya, “lebih utama daripada ahli ibadah seratus tahun.” Sebab, keadilan pemimpin merupakan prasyarat untuk kesejahteraan masyarakat, di dunia dan akhirat.
Ulasan
Buku Rekomendasi Lainnya

Cara mudah membuat expertadvisors automated trading
SANTOSO, Heri

Kamus lkalimatbergambaruntuk anak-anak
TIM NUANSA ; Wikan Satriati

Sebelum cahaya
NASHAR, Karla M. ; FEBIRATRI, Resita Wahyu

Kata hati, sebutlah itu cinta
BATUBARA, Bernad

Mr Ambassador dari wartawan foto menjadi duta besar
YUDONO, M Indro

Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad SAW " The Super Leader Super Manager" 6 : Sang Pembelajar dan Guru Peradaban (Learner & Educator)
Muhammad Syafii Antonio ; Yudhistira ANM Massardi

Africa
LEWIS, Jill

Smart inventory solutions : improving the management of engineering materials and spare parts
Slater, Phillip

Etika Dan Hukum Kesehatan : Teori Dan Aplikasinya Di Indonesia
Muhamad Sadi Is

Dudul stories @ the office
Tyas (Pengarang)

Bekerja dengan Hati Nurani
-

The secret of love
Apung donggala

Am rande des reisfelds : Zweisprachige anthologie moderner indonesischer lyrik
Berthold Damshauser (Pengarang) ; Ramadhan KH (Pengarang)

Blink : the power of thinking without thinking
Gladwell, Malcolm (Pengarang)
