Islam, otoritarianisme, dan ketertinggalan
Ahmet T. Kuru
Tersedia di:
Deskripsi
Mengapa negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim menunjukkan tingkat otoritarianisme yang tinggi dan tingkat pembangunan sosioekonomi yang rendah dibandingkan dengan rata-rata dunia? Ahmet T. Kuru mengkritik penjelasan-penjelasan yang menunjuk agama Islam sebagai penyebab perbedaan itu, karena dalam bidang filsafat dan sosioekonomi, dunia Muslim sempat lebih maju daripada Eropa Barat antara abad ke-9 dan ke-12 Masehi. Kolonialisme Barat juga bukan penyebabnya: dunia Muslim sudah menderita masalah politik dan sosioekonomi ketika kolonisasi bermula. Kuru menunjukkan bahwa dunia Muslim sudah memiliki pemikir-pemikir dan pedagang-pedagang berpengaruh pada awal sejarahnya, ketika ortodoksi agama dan kekuasaan militer masih marak di Eropa. Namun, pada abad ke-11, persekutuan antara ulama ortodoks Islam dan negara-negara militer mulai bermunculan. Persekutuan itu sedikit demi sedikit menghalangi kreativitas intelektual dan ekonomi dengan meminggirkan kelas intelektual dan borjuis di dunia Muslim. Studi penting ini menghubungkan penjelasan sejarah dengan politik masa kini dengan memperlihatkan bahwa sampai sekarang, aliansi ulama-negara tetap mempersulit kreativitas dan kompetisi di negara-negara Muslim. Ahmet T. Kuru ialah guru besar ilmu politik dan direktur Center for Islamic and Arabic Studies di San Diego University. Dia penulis Secularism and State Policies toward Religion: The United States, France, and Turkey (Cambridge 2009) yang meraih perhargaan dan editor (dengan Alfred Stepan) Democracy, Islam, and Secularism in Turkey (2012). Karya-karyanya sudah diterjemahkan ke bahasa Arab, Bosnia, Persia, Prancis, Tiongkok, dan Turki. Buku ini (berjudul asli /Islam, Authoritarianism, and Underdevelopment: A Global and Historical Comparison)/ merupakan satu dari dua pemenang International History and Politics Award dari American Political Science Association.