Hots : kemampuan berpikir tingkat tinggi (edisi revisi)
R. Arifin Nugroho (Pengarang)
Tersedia di:
Deskripsi
Immanuel Kant (1724 – 1804) pernah mengungkapkan, “Manusia hanya dapat menjadi sungguh-sungguh manusia melalui pendidikan dan pembentukan diri yang berkelanjutan. Manusia hanya dapat dididik oleh manusia lain yang juga telah dididik oleh manusia yang lain. Oleh karena itu, pendidikan merupakan sebuah seni yang harus disempurnakan oleh generasi-generasi berikutnya.” Sungguh tepat pendapat tersebut. Pendidikan adalah keindahan jantung kehidupan manusia. Seni yang harus tetap menunjukkan satu kata, yaitu indah, tapi dihadirkan melalui banyak media dan cara. Kurikulum pendidikan sudah sepantasnya berubah menyesuaikan zamannya. Sejak Benjamin Samuel Bloom mengklasifikasikan tujuan pendidikan, seni mendidik pun ikut berubah. Berbagai wajah kurikulum ikut menyertai perubahan tersebut. Termasuk penyempurnaan oleh Anderson dan Krathwohl yang mengarahkan seni mendidik pada cara berpikir tingkat tinggi (HOTS). Kurikulum 2013 (dan pasti ke depannya) ikut andil dalam membuat warna baru pendidikan. Semakin disadari bahwa pendekatan saintifik dan HOTS menjadi salah satu inti dalam kurikulum. Meskipun demikian, masih sering terjadi kegamangan dan miskonsepsi dalam mengembangkan HOTS. Akibatnya, definisi HOTS hanya berindikator pada semakin rumitnya pembelajaran dan sulitnya soal penilaian. HOTS bukanlah alat, strategi atau model mengajar. HOTS bukanlah sebuah bentuk soal. Tapi HOTS adalah cara berpikir adaptif. Maka jika seorang pendidik mampu membiasakan HOTS kepada peserta didiknya, niscaya ketidakpastian situasi pendidikan ini akan mudah diatasi. Pertanyaan reflektifnya sangat sederhana, apakah dalam beragam model, sarana, dan situasi pembelajaran, saya sudah menghabituasikan HOTS? Buku HOTS edisi revisi ini hadir untuk menjawab kegundahan tentang ragam soal model AKM. Di sisi lain, buku ini untuk menegaskan kembali bahwa AKM adalah HOTS itu sendiri. AKM hanyalah salah satu manifestasi dari HOTS.