Aku, kau, & semesta
@Sepertigamalamku ; Hirman Jayadi (penyunting)
Tersedia di:
Deskripsi
Namaku Daneen, dan ini adalah kisah cinta dalam diamku. Bertahun-tahun mencintai seseorang dalam diam, selain membahagiakan tidak jarang juga menyesakkan dada. Mendengar namanya disebut tiba-tiba saja membuat hariku yang buruk menjadi indah. Melamunkan tentangnya bisa membuat pagi terasa lebih berwarna. Melihat dirinya dari kejauhan bisa membuat hidup lebih semangat dan menggebu-gebu. Mencintai seorang laki-laki hanya dari cerita tentangnya. Ya, mungkin ini aneh, tapi aku sudah mengaguminya hanya dari cerita yang aku dengar tentangnya. Padahal, saat itu aku bahkan belum melihat dirinya secara langsung. Jadi begini, aku punya teman perempuan namanya Naya, kami sangat dekat, hampir tiap hari kami curhat tentang berbagai hal. Bahkan, persoalan-persoalan yang terjadi di rumah masing-masing sering kami bahas dengan terbuka. Aku belum pernah bertemu dengan keluarga temanku ini meskipun kami sangat akrab. Sampai suatu hari temanku bercerita tentang kakak laki-lakinya, dia menceritakan semua kebiasaan kakaknya di rumah. Dia menceritakan bagaimana sifat kakaknya dan segala hal tentang nya. Dari semua ceritanya aku menyimpulkan bahwa kakaknya adalah lelaki saleh yang memiliki akhlak yang baik. Rasanya sulit untuk tidak mengaguminya, semua yang ada pada dirinya seakan mendeskripsikan apa yang selama ini aku harapkan dari seorang lelaki. Tapi, tentu saja aku tidak ingin temanku ini tahu, aku berusaha menyembunyikan rasa ini dalam-dalam. Mencintai dalam diam itu tidak mudah, tapi aku selalu yakin bahwa ada hikmah dalam setiap kejadian. Aku yakin ada pelajaran dalam setiap peristiwa. Buku ini secara garis besar bercerita tentang manusia yang mencoba berdamai dengan skenario semesta. Menjalani peran sebagai hamba Allah bermodal keyakinan penuh pada Rabbnya. Karena sejatinya manusia tak akan pernah goyah hidupnya jika yang menjadi tempat begantungnya adalah Sang Pemilik Semesta. Tapi nyatanya, kebanyakan manusia ketika berada di posisi terendah, mereka lupa bagaimana semesta bekerja. Bukankah terlalu larut menyesali masa lalu hanya akan merusak masa kini? Bukankah memperbaiki masa kini adalah langkah awal untuk masa depan yang indah? Padahal mereka hidup di semesta yang tak terikat. Mereka bernafas dengan udara tanpa batas. Mereka berteduh di bawah cakrawala yang tak berujung. Mereka memiliki Tuhan yang Mahabesar. Tapi, mereka masih mengurung diri dalam pikiran dan prasangka yang menjerumuskan. Bangkitlah! Luaskan pandangan dan mulailah mengenal agama. Jadi, jika ingin semesta berpihak padamu, jadikanlah semua tindakanmu di dunia ini semata-mata untuk mencari rida-Nya. Saat kautinggalkan seluruh dunia di belakangmu karena kau tahu, kau sedang menghadap Tuhan Penguasa Alam Semesta. Kau akan merasakan perasaan yang sulit dijelaskan dengan bahasa dunia, ada ketenangan yang tidak bisa dijabarkan dengan logika, dan ada rasa nyaman yang tak mampu diuraikan dengan nalar. Ya, saat kau menyatu dengan ritme semesta dalam sujud kepada-Nya.