Kehidupan Bara di masa SMAnya yang serba kekurangan karena ditinggal mati Bapaknya, membuatnya selalu berpikir bagaimana bisa memiliki uang untuk membantu Ibunya, di samping berbagai gejolak pemikiran yang ada di kepalanya menghadapi realita kehidupan sosial yang ada. Meskipun kekurangan dari sisi materi dan merupakan anak hasil hubungan gelap dengan Bapaknya, Ibunya sangat terbuka dan mendukung langkah Bara. Sisi-sisi kehidupan anak SMA di Jakarta yang jarang diangkat dan mungkin dianggap tabu akhirnya benar-benar temui Bara secara nyata di sekolahnya. Rokok, obat, pergaulan gank, pergaulan remaja, bullying, persahabatan, dll menjadi hal yang ada di dalam sekolahnya di tengah problematika keluarga, cinta dan pencarian jati dirinya. Biarpun begitu, ia berusaha tetap jujur dengan dirinya dan tidak lupa untuk selalu membahagiakan Ibunya dengan caranya. Cerita dalam novel ini bisa menjadi reprensentasi sisi-sisi kehidupan SMA di kota besar yang jarang dibuka ke publik. Sangat menarik, jujur, dengan gaya penceritaan yang ringan dan terbuka. Latar kehidupan sehari-hari yang sangat dekat dengan kehidupan pembaca di usia 17-24 tahun. Sangat kontekstual bagi pembaca saat ini, khususnya mereka yang sedang mencari cinta dan jati dirinya.