Karikatur di Atas Wastafel
.
Aku seperti melukis wajah-wajah baru di wajahku
Kau tahu, kerutan dan uban-uban mulai tak enak dipandang, aku tau
Tak ada goresan yang sepenuhnya alami
Kuas ataupun kanvas yang sama-sama ragu
Malu-malu memikatmu.
Apakah sekecil ini dunia ketika aku tersenyum?
Lihatlah, sejak pelan-pelan kuputar keran wastafel di kamarmu
Dan air juga pelan-pelan mengalir
Semua yang kusiramkan di wajah menuju
Comberan yang senantiasa bau.
Aku ulangi
Berkali-kali gagal.
Ada negeri yang indah yang perkasa
Sehingga gemetaran tangan dan seluruh badan
Aku jatuh cinta dari nyalang sampai paling buta
Tanpa kata dan lukisan.
Juga tiba-tiba kebencian pembunuhan--mematikan yang hidup
Mematikan yang telah mati atau menghidupkannya kembali.
Aku jatuh cinta juga dengan benci yang tiba-tiba