Beda tak jadi sekat : merayakan dan merawat keberagaman NKRI
Eduardus Didik Chahyono (editor) ; Ganjor Pranowo (sambutan) ; Robertus Rubiyatmoko (kata pengantar) ; Yohanes Bayu Samodro (kata pengantar) ; Erdian (editor penerbit)
Tersedia di:
Deskripsi
Srawung lintas iman telah menjadi kosakata populer di Gereja Katolik Keuskupan Agung Semarang (KAS). Frekuensi aktivitas srawung lintas iman lebih sering dan melibatkan jumlah partisipan lebih banyak, dan tumbuh menjadi habitus baru Keuskupan Agung Semarang, serta hidup di tengah-tengah pluralitas agama. Menjadi Gereja Indonesia di Keuskupan Agung Semarang akan mustahil jika mengabaikan keberadaan liyan religius. Srawung lintas iman menjadi bagian tidak terpisahkan dari menjadi Gereja di keuskupan ini. Pandemi Covid-19 menyerang rumah kita bersama tanpa membeda-bedakan agama dan kepercayaan para warganya. Selain doa bersama bagi warga terdampak pandemi, solidaritas merupakan tanggapan segera dari gerakan srawung lintas iman. Penderitaan mereka mempertemukan komunitas-komunitas iman. Dialog lintas iman perlu bertransformasi menjadi srawung solidaritas. Srawung perlu bertransformasi menjadi aktivisme lintas iman bagi warga terdampak pandemi. Gereja Katolik Keuskupan Agung Semarang, duta srawung lintas iman, perlu menampakkan paras Kristus. Semoga kesaksian nyata dalam cerita di buku Beda Tak Jadi Sekat ini menjadi oase yang menyegarkan di tengah maraknya cerita-cerita palsu, destruktif, dan provokatif.