JAKLITERA sudah ada versi mobile lho! Unduh
Pinjam buku ini
Sastra pariwisata

Sastra pariwisata

Novi Anoegrajekti (Pengarang) ; Djoko Saryono (editor) ; I Nyoman Darma Putra (editor)

Edisi Cetakan pertama
Penerbit Yogyakarta : Komisariat Jember, 2020
Deskripsi Fisik xxxiii, 585 halaman : ilustrasi ; 23 cm.
ISBN 9789792164091
Subjek Sastra Indonesia / Pariwisata
Bahasa -
Call Number 810 NOV s

Tersedia di:

Perpustakaan Jakarta - Cikini
Dapat dipinjam: 3
Perpustakaan Jakarta - PDS HB Jassin
Dapat dipinjam: 2

Deskripsi

Rayuan sastra ternyata menggiurkan. Rayuan adalah upaya memikat pihak lain, yaitu pariwisatawan. Rayuan “maut” sastra tidak perlu diragukan lagi. Sebab sastra itu dunia kata. Kata itu penuh pesona, untuk merayu pariwisatawan. Jadilah pariwisata kata yang memikat hasrat. Destinasi pariwisata sastra akan semakin menggairahkan. Begitulah “ruh buku ini”, sebagi sebuah reklame sastra yang unik. Pariwisata kata, jauh lebih memikat dibanding destinasi yang “bisu”, tanpa kata-kata. Kata-kata itu memotret suasana. Kata pula yang menggugah hasrat. Kata-kata indah yang diolah menjadi karya sastra, jauh lebih memikat. Maka, buku ini memang sebuah potret. Potret sastra kita. Sastra itu ternyata perlu disimak dalam perspektif fungsionalisme. Di antara fungsionalisme, sastra adalah kelenturan untuk bersinergi dengan bidang lain. Dalam konteks ini, kolaborasi sastra dengan pariwisata, sudah saatnya ada. Sastra tidak alergi dengan pariwisata. Pariwisata memang hadir untuk tujuan bisnis. Keuntungan akan diraih oleh pengelola pariwisata. Nah, sastra ternyata memiliki daya tawar khusus dalam bidang pariwisata. Lewat buku berjudul Sastra Pariwisata, yang dieditori oleh tiga suhu sastra, (1) Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. (HISKI Bali), Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd. (HISKI Malang), Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. (HISKI Jember, yang hijrah ke HISKI UNJ), sungguh menjanjikan, sekaligus menantang. Dari Bali, sahabat saya, Bli Darma mencoba memaparkan geliat pariwisata Bali lewat estetika sastra. Kang Djoko memang sengaja membingkai usul pengembangan pariwisata sastra yang lebih makro. Adapun mbak Novi,lebih banyak memberikan rayuan sastra, festival khas lokal Banyuwangi. Ketiganya bertajuk sastra yang bisa dijual atau dibisniskan secara proporsional. Aktualisasi pariwisata sastra, bisnis, humanisasi, dan budaya akan senantiasa berkelindan dalam buku ini. Sastra dan bisnis boleh saja terjadi. Sastra yang dijual, tidak salah. Itulah ekonomi kreatif sastra. Sastra itu dunia kata. Sastra juga dunia mata, sekaligus telinga. Pariwisata itu juga dunia mata. Orang yang melihat dan mendengar puisi di objek pariwisata, tentu saja heran. Heran itu sebuah daya tawar. Kepaduan sastra dengan pariwisata agar berkelana ke dunia bisnis, tentu unik. Pemanfaatan dongeng, legenda, mitos, novel, dan sebagainya untuk menggugah pariwisatawan, tentu perlu disambut positif. Sastra dan pariwisata, memang dua hal yang berbeda. Namun keduanya jelas ada kesamaan. Persenggamaan keduanya, justru akan melahirkan embrio pariwisata sastra yang hangat. Itulah sebabnya, saya menggarisbawahi pemikiran “emas” dalam buku ini, tentang bagaimana pengembangan sastra ke depan, sesuai tuntutan zaman.

Ulasan

Belum ada ulasan untuk buku ini. Jadilah yang pertama untuk mengulas!