(Gak mau) jadi istri tentara
Nesri Baidani (penulis) ; Ranti AW, E. (editor) ; Tim Grafis ASP
Tersedia di:
Deskripsi
Deru mesin pesawat Hercules sangat memekakkan. Padahal Samudera telah menutup kuping rapat dengan topi penutup teling. Dieratkannya genggaman tangan pada tali kuning yang tergantung dari atap pesawat. Jantung di dalam rongga dada terasa bertalu dipacu adrenalin dan serotonin. Dia didapuk menjadi penerjun pertama yang akan jadi penentu bagi berhasil tidaknya latihan terjun ini. Tak boleh ada keraguan, tak boleh ada keterlambatan. Diembuskannya napas perlahan, berusaha menenangkan jantung sekaligus mengalihkan perhatian pada tingkat stress yang terus meningkat. "Satu, dua! Satu, dua!" dalam hati berusaha mengulang sesi latihan melangkah menuju pintu pesawat. Tapi lututnya malah tambah gemetar, jantung pun makin berdentam dalam rongga dada. Dialihkannya perhatian pada hal-hal yang menyenangkan. Berusaha melupakan sejenak ketakutan yang mulai melanda. Bayangan Ayu dengan rambut hitam panjang yang membingkai manis wajah bulat telurnya berkelebat singkat. Samudera menggelengkan kepala. Bukan ini imaji yang ia harapkan. Tapi binar jenaka dari manik cokelat muda itu malah makin mengjipnotis. Pada puncaknya, senyuman lembut Ayu berhasil menenangkan debar jantung yang menggila. Endorfin mulai membanjiri dara, menekan kekuasaan serotonin, membuat si pemuda siap menghadapi apa pun di depan sana.