Wedding agreement
Mia Chuzaimah (Pengarang) ; Fidyastria Saspida (penyunting)
Tersedia di:
Deskripsi
“Apa ini?” Tari menatap lembaran kertas di meja dengan dahi mengernyit. “Kesepakatan pernikahan selama kita menikah,” terang Bian datar. Alis Tari bertaut. “Aku masih belum mengerti.” “Kita menikah karena menuruti kemauan orangtua, bukan cinta. Kamu tidak berencana untuk menikah selamanya, bukan?” Tari tertegun. Tentu saja ia berencana menikah untuk selamanya. Baginya menikah itu ibadah, bukan perkara main-main. “Maksud kamu, kita menikah hanya sementara, lalu pisah?” Bian mengangguk. Tari hendak membuka mulut dan memprotes, tetapi diurungkannya. “Kamu punya kamar sendiri, aku juga. Lantai atas adalah area pribadiku, kuharap kamu tidak naik ke sana,” jelasnya. Tari diam mendengarkan. “Aku akan mengurus keperluanku, kamu mengurus keperluanmu. Anggap saja kita dua orang asing yang hidup di bawah satu atap. Kamu bisa baca dulu.” Bian menyodorkan kertas kepada istrinya. Tari mengambil dan membacanya. Ia menelusuri setiap poin, sampai matanya melebar ketika membaca yang tertulis di sana. “Ini maksudnya apa!” serunya tidak terima. “Kamu bermaksud mempermainkan pernikahan kita?!” “Kalau kamu tidak mau menerima, tidak masalah. Silakan layangkan gugatan cerai ke pengadilan agama.” Bian beranjak berdiri dan meninggalkan istrinya sendirian. Tari menatap kepergian suaminya tidak percaya. Bagaimana mungkin ia menikahi laki-laki seperti itu?