Bumi, Laut, dan Keselamatan : Refleksi-Refleksi Ekoteologi Kontekstual
Buce Ranboki (Pengarang) ; John C. Simon (Pengarang) ; Adrianus Yosia (Pengarang) ; Marianne Reynelda (Pengarang)
Tersedia di:
Deskripsi
Penempatan manusia sebagai pusat tata ciptaan memunculkan pandangan bahwa ciptaan lain ada untuk melayani manusia; ciptaan lain hanyalah alat pemenuhan hasrat manusia. Akibatnya, manusia mengeksploitasi alam hingga ke tingkat yang tak terbatas. Perubahan dan perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi yang sering kali tidak ramah alam dan abai memerhatikan kelangsungan ekologi, menimbulkan dampak negatif. Terjadi perubahan iklim, kerusakan lingkungan air, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi. Bumi menjadi gersang dan kering. Sumber pangan menjadi langka, yang berujung dengan kelaparan. Tidak dapat dipungkiri, ekologi dan manusia memiliki relasi sebab-akibat. Jika salah satu diabaikan, akan berdampak buruk terhadap relasi sosio- ekonomi manusia dengan alam dan antarsesama. Di tengah krisis ekologi tersebut, buku ini memberikan pemberitaan yang membangkitkan pengharapan, yang aktif bergerak. Harus ada perubahan paradigma dalam teologi, yaitu semakin ekumenis, semakin menyentuh seluruh dimensi kemanusiaan, dan mencakup komunitas ekologis yang kian luas, Komunitas global terpanggil untuk menanggapi bersama isu-isu ekologis dilandasi perspektif, bahwa bumi adalah rumah bersama semua ciptaan Allah. Kristus menyatakan janji masa depan yang menggerakkan orang percaya agar terlibat dalam gerakan antisipatif dalam rangka menyelamatkan bumi dari degradasi ekologis. Manusia perlu menggunakan setiap sumber daya dengan hati-hati dan bertanggung jawab karena Allah-lah Sang Pemilik ciptaan. Karya penebusan Allah tidak hanya menjangkau manusia, tetapi juga ciptaan-Nya yang lain. Mengambil bagian di dalam karya penebusan Allah berarti manusia bertobat: berhenti menghancurkan sumber daya di bumi dan menghasilkan sampah serta polusi yang mencemari bumi melalui perilaku konsumerisme.