Mereka yang dipisahkan
Ariani (Pengarang) ; Erik Prasetya (Penyunting) ; Raharja Waluya Jati (Ilustrator)
Tersedia di:
Deskripsi
Diawali pada tanggal 10 April 1998 pukul 08.00 pagi, ketika Mega Christina (teman Petrus Bima) membawa sebuah berita. Berita yang pasti bahwa sejak saat itu keluarga kami kehilangan sald satu anggota, yaitu anak saya tercinta Petrus Bima Anugerah, karena alasan politik. Sejak awal saya telah mengetahui dan mendukung kegiatan Petrus Bima di luar kampus sebagai aktivis SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi), yaitu ormas kemahasiswaan onderbouw PRD (Partai Rakyat Demokratik) yang sangat dimusuhi pemerintah Orde Baru Soeharto. Saya paham, dengan sosok pribadi anak saya yang mempunyai pandangan berbeda dari teman sebayanya dalam pola pikir dan perhatiannya terhadap kepentingan orang lain. Sebagai orang tua dari seorang aktivis politik, saya tidak pernah merasa takut atau malu, baik di lingkungan kerja saya maupun di rumah. Karena saya yakin apa yang dilakukan Petrus Bima adalah sebuah pekerjaan yang mulia demi bangsa Indonesia. Saya teringat saat-saat dia pulang (waktu itu Petrus Bima msih sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, Surabaya kira-kira semester 4 atau 5), kami selalu berdiskusi mengenai situasi Indonesia masa kini dan masa mendatang secara menyeluruh. Bima pernah menyampaikan kepada kami garis perjuangan yang tertuang dalam manifesto PRD yang berisi beberapa butir antara lain: turunnya Soeharto, penghapusan Dwifungsi ABRI, kenaikan upah buruh, penghapusan paket 5 UU politik, dan referendum bagi Timor Leste. Karena alasan itulah kami dapat menerima dan bahkan merestuinya untuk berangkat ke Jakarta pada pertengahan tahun 1996. Meninggalkan sekolahnya di Universitas Airlangga dan bekerja penuh di kantor PRD Pusat.