Menghilang, menemukan diri sejati
Fahruddin Faiz (Pengarang) ; Tofik Pram (Penyunting) ; Ahmad Najib (Penyunting)
Tersedia di:
Deskripsi
Realitas hidup kita, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, sering kali membuat kita kehilangan diri sendiri. Pekerjaan yang kita geluti, interaksi dengan keluarga dan kolega sering kali justru menjauhkan dari jati diri kita. Dan semakin jauh seseorang dari diri sejatinya, akan semakin sering timbul konflik batin pada dirinya. Maka seseorang perlu menjauh dari keramaian, melakukan introspeksi untuk memahami dirinya. Meneliti ke dalam diri, melihat perbuatannya selama hidup. Semakin dalam seseorang meneliti dirinya, dia akan semakin mengenal dirinya dan memahami apa yang seharusnya dia perbuat dalam hidup. Dan ketika seseorang sudah benar-benar mengenal dirinya, barulah dia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi dengan sempurna. Buku ini mengajak pembaca menjelajahi, membaca kembali, dan memahami ulang diri dari berbagai perspektif. Demi mendapatkan dan menghidupkan makna-makna yang kita yakini sepanjang hidup. Quotes dalam buku -Pikiran kita seperti apel di dalam keranjang. Jika kita hendak membuang pandangan yang salah, agar tidak mengacaukan pikiran kita yang lain, cara terbaik adalah dengan menolak semua yang kita anggap benar dan menganggapnya sebagai sesuatu yang belum pasti. -Kalau engkau ingin menjadi pencari kebenaran yang sejati, maka seharusnya setidaknya sekali dalam hidupmu engkau ragukan segala sesuatu sejauh engkau mampu. -Agar kita bisa mengendalikan tubuh kita dengan cara sehat, jangan terlalu suka, jangan terlalu benci, jangan terlalu kagum, jangan terlalu semangat, jangan terlalu gembira, dan jangan terlalu sedih. Kalau enam hal itu terjadi pada diri kita, maka cara menyopir kita bisa kacau. -Yang dinamakan “dari mata turun ke hati” itu tidak ada. Dari mata, ya, dikirim ke otak. Kalau otaknya tidak berfungsi, meski ada orang cakep, kita bakal melongo saja. Tidak akan bereaksi.