Tafsir al-wasi’ Islam transitif : pendekatan dan metode tafsir milenial
Ansari Yamamah (Pengarang) ; Syabrun Jukhoir (Pengarang) ; Hikmatiar Harahap (Pengarang)
Tersedia di:
Deskripsi
Selama ini mayoritas umat, termasuk para akademisi, ulama dan para ustaz dan ustazah, hanya menjadikan Alquran sebatas petunjuk nilai normatif semata sehingga melupakan nilai nilai empiris. Padahal, jika mengutip pandangan intelektual Islam, Amin Abdullah dari Indonesia dan atau Fazlur Rahman dari Pakistan, ajaran Islam itu terkait dengan hal-hal yang bersifat normativitas dan historisitas yang berkelindan dalam satu tujuan dan tak terpisahkan antara satu dengan lainnya. Satu sisi normatif akan berpengaruh terhadap empirisitas, demikian juga realitas empiris dapat mempengaruhi sisi normativitas. Karena itu, menjadi satu pertanyaan besar mengapa umat justru meninggalkan nilai-nilai empiris dari Quran? Kemudian terperangkap dalam nilai-nilai normativitas semata. Padahal Alquran diturunkan Allah menjadi rahmat dan petunjuk kepada seluruh alam, agar dapat tertata dan berjalan sesuai dengan sunnatullah yang yang seharusnya dimaksimalkan oleh umat. Tentu semua itu bukanlah tanpa sebab. Salah satu musabab yang cukup menarik dan menjadi atensi dengan lahirnya Tafsir Al Washi’ Islam Transitif ini adalah menggagas adanya profesionalitas keilmuan dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran, sebab ketika ayat tersebut ditafsirkan oleh mufassir yang tidak punya ilmu sesuai dengan inspirasi keilmuan yang terdapat di dalam ayat ayat tersebut. Bagaimana pula dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan? Dan bagaimana kita bisa mengharapkan munculnya perubahan dan temuan temuan baru dari inspirasi Al-Qur’an? Tentu saja ayat-ayat Alquran hanya sebatas keperluan religiusitas semata.