Bandung hanya saksi bisu. Emosi dan kehilangan yang menyeruak untuk dilampiaskan hanya bisa diredam. Satu persatu mimpi yang terukir dalam ingatan, tinggal kenangan. Kembali menggores pena dalam rencana. Sampai kedua kaki Ree berpijak mengagumi bangunan di depannya. Tak berkedip. Tidak percaya. Dan di sanalah semua indra dan hati dipaksa harus sejalan dengan logika.