Dewasa ini, isu pemanasan global serta risiko yang mengikutinya memberikan kekhawatiran akan
kelangsungan hidup di bumi pada masa depan. Menghentikan penggunaan energi fosil sebagai salah satu
penyebab utama pemanasan global akibat emisi karbon yang dihasilkan digadang-gadang menjadi salah
satu solusi konkret bersamaan dengan intensifikasi transisi menuju energi yang lebih bersih, baru, dan
terbarukan (EBT).
Di masa transisi energi seperti saat ini, nikel dianggap sebagai komoditas strategis karena kegunaan dan
fleksibilitasnya untuk diaplikasikan pada berbagai produk yang berkaitan dengan industri masa depan,
seperti paduan pada stainless steel, katoda baterai untuk industri electric vehicle (EV), komponen pada
energy storage system (ESS), hingga paduan untuk superalloy pada industri yang membutuhkan resistansi
terhadap temperatur tinggi. Sebagai pemilik cadangan serta produsen nikel nomor satu di dunia,
Indonesia amat berpotensi menjadi pemain utama dalam pasar nikel dunia.