Esau Miram : si anak noken
Khafidlul Ulum (Pengarang) ; A.D Prasetyo (Penyunting)
Tersedia di:
Deskripsi
Dia lahir dari keluarga kurang mampu di daerah pedalaman nan terisolir di Papua. Garis tangan semesta itu membuat orang asli Papua ini harus menjalani hidup dengan berbagai macam keterbatasan. Saat kecil ia tidak seperti anak-anak kota tahun 90-an yang banyak melalui masa kecil dengan duduk di depan layar televisi. Ia juga tidak pernah menghabiskan waktu berjam-jam di rental PlayStation. Namun, keterbatasan itu tidak lantas membuatnya menyerah. Berbekal umbi keladi bakar, dia begitu semangat berangkat ke sekolah yang berada di pucuk bukit. Perjalanan itu harus ditempuh dengan cara melintasi hutan belantara, melalui pendakian menantang dan jurang curam. Anak pegunungan dari pelosok Helariki, Yahukimo, Papua (saat ini masuk Provinsi Papua Pegunungan) itu telah melampaui mimpi anak-anak pedalaman Papua pada umumnya. Ketika beranjak dewasa, ia menjelma sebagai seorang politisi muda yang banyak membuat kejutan. Di usia 25 tahun, dia terpilih sebagai anggota DPRD Yahukimo, dan masuk jajaran politisi termuda di Bumi Cenderawasih. Tujuh tahun kemudian dia dipercaya sebagai Wakil Bupati Yahukimo. Si anak noken yang ditempa alam itu bernama Esau Miram.