JAKLITERA sudah ada versi mobile lho! Unduh
Pinjam buku ini
Antara mayat, tragedi, dan perkara :  kiprah dan kisah dokter forensik perempuan Indonesia demi keadilan

Antara mayat, tragedi, dan perkara : kiprah dan kisah dokter forensik perempuan Indonesia demi keadilan

Agustaman (Pengarang) ; Salim Shahab (Pengarang) ; A. Meuthia Bahroelim (Penyunting)

Edisi Cetakan pertama
Penerbit Jakarta : Rayyana, 2022
Deskripsi Fisik xiv + 258 halaman ; 21 cm.
ISBN 9786235378015
Subjek Forensik / Kedokteran
Bahasa Indonesia
Call Number 641.1 AGU a

Tersedia di:

Perpustakaan Jakarta Selatan - Gandaria Tengah
Dapat dipinjam: 10

Deskripsi

Salah satu profesi yang paling vital perannya dalam proses penyelidikan suatu kasus kejahatan adalah Dokter Forensik, karena pada tahap inilah mayat akan diotopsi dan dicari tahu apa penyebab kematian mayat tersebut. Ada banyak kisah dan kesan serta kiprah para srikandi ini yang mampu melawan rasa takut menjadi rasa kagum. Mereka mengakui bahwa tubuh korban yang membisu itu menyimpan banyak cerita tentang kematiannya. Bagai membaca novel misteri, cerita tentang hidup dan apa yang dialami korban di akhir hayatnya tersimpan di sana. Pekerjaan ini memang luar biasa, yaitu membantu korban yang notabene sudah wafat menceritakan kisahnya kembali untuk mendapat keadilan dengan cara ilmiah dan objektif. Dokter forensik juga ternyata bukan hanya berurusan dengan mayat, namun berbagai perkara kemanusiaan lain yang melibatkan korban hidup hingga sengketa keluarga. Buku ini berisikan mengenai profesi Dokter Forensik yang keberadaanya cukup penting bagi dunia kesehatan maupun kriminalitas, buku ini memberi pesan bagi mereka yang berminat menekuni profesi ini, setidaknya mereka harus memiliki dua kecenderungan sifat, yaitu sensitif terhadap ketidakadilan serta sikap saintifik (ilmiah). Sensitif terhadap ketidakadilan menjadi fondasi sikap, bahwa untuk menegakkan keadilan diperlukan dukungan ahli yang tidak memihak (imparsial) serta membebaskan diri dari tekanan dan konflik kepentingan (independen). Sementara itu, kapasitas berpikir ilmiah diperlukan agar mampu mengoleksi data dengan baik dan benar, membuat interpretasi dengan benar, mengambil kesimpulan yang logis berbasis data (evidence-based), serta mampu menggunakan teori yang diakui komunitas ilmiah di tingkat global. Jadi, praktik forensik bukanlah praktik good-feeling, apalagi mistik.

Ulasan

Belum ada ulasan untuk buku ini. Jadilah yang pertama untuk mengulas!