Membedah makna karya sastra lokal : budaya, mazhab semiotika, bahasa, dan tanda
Wirman Hardi Gunawan (Pengarang) ; Muhammad (Penyunting)
Tersedia di:
Deskripsi
Buku ini dilatarbelakangi adanya budaya yang unik berupa pembacaan syair Selakaran pada acara Lebaran Topat di Makam Keramat Batulayar. Tujuan dari tulisan ini adalah pengenalan budaya Sasak terkait dengan acara ngurisang dengan melantunkan syair Selakaran, mengimplementasikan beberapa Mazhab Semiotika, membedah makna karya sastra lokal dengan dengan mendeskripsikan bentuk, makna, dan fungsi yang terkandung dalam teks terjemahan syair Selakaran. Teks terjemahan syair Selakaran dikaji berdasarkan pendekatan struktural, teori semiotika, dan teori fungsi. Bentuk teks terjemahan syair Selakaran dari aspek tipografi, memiliki 41 bait. Setiap bait dalam syair tersebut terdiri dari 4 baris. Teks terjemahan syair Selakaran menggunakan kata-kata yang mengindikasikan unsur sinonim dan homonim. Syair Selakaran menggunkan tiga aspek pencitraan, yaitu pencitraan pendengaran, penglihatan, dan perasaan. Syair ini memiliki enam majas yaitu repetisi simploke, metafora, repetisi anafora, personifikasi, repetisi anadiplosis, dan repetisi apistrofa. Terdapat 27 makna teks terjemahan syair Selakaran yang tujuannya mengaggungkan Muhammad saw.. Masyarakat Batulayar menggunakan syair Selakaran dalam tiga tradisi yaitu Nyunatang, naik haji, dan Ngurisang. Tiga tradisi ini memiliki fungsi religius, hiburan, dan sosial. Syair Selakaran berideologi spritualisme akhlak, tauhid, falak, sirah, tasawuf, fikih, dan tholabul ulumul Qur’an.