Dilema minoritas di Indonesia :  ragam, dinamika, dan kontroversi

Dilema minoritas di Indonesia : ragam, dinamika, dan kontroversi

Ahmad Najib Burhani (Pengarang) ; Dave Lumenta (Pengarang) ; Didi Kwartanada (Pengarang) ; Halimatusa'diah (Pengarang) ; Muhammad Agus Noorbani (Pengarang)

Minoritas di Indonesia
Detil Buku
Edisi cetakan pertama
Penerbit Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2020; © Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Deskripsi Fisik xli, 277 halaman ; 21 cm
ISBN 9786020638676
Subjek Minoritas di Indonesia
Bahasa Indonesia
Call Number KC/305.895 AHM d
Deskripsi
Apakah konsep minoritas dan lemah ini selalu paralel? Kelompok mana saja yang masuk kategori minoritas? Buku ini menunjukkan bahwa dilema minoritas di Indonesia ironisnya justru berangkat dari penggunaan istilah itu sendiri. Minoritasrnrnadalah mereka yang secara objektif menempati posisi yang tak menguntungkan dalam masyarakat. Buku ini mengungkap beberapa persoalan sosial dan kebangsaan terkait isu-isu minoritas, di antaranya terkait kebijakan publik, perlindungan hukum, dan stigma sosial. Minoritas di sini bukanlah semata “statistik”. Minoritas bisa saja memiliki jumlah besar tetapi posisinya berada sebagai subordinat kelompok lain.rnNasib minoritas di Indonesia itu kerap seperti “simalakama”; apapun pilihannya, acapkali dipandang salah. Bagi etnis Tionghoa, terlibat dalam politik merupakan dilema. Jika bergabung dengan kelompok oposisi, mereka dituduh subversif. Jika mendukung penguasa, mereka dicap oportunis. Jika menjauhi politik, mereka juga dianggap hanya mau cari untung sendiri dan tak mau berkorban untuk bangsa. Bagi minoritas agama di luar kelompok agama mainstream, istilah yang dipakai pemerintah menggambarkan posisi mereka. Dulu disebut “Aliran Sesat” dan kini dipanggil “Kelompok Bermasalah”. Mereka dikaji dan didata dengan tujuan dibina atau “dibawa ke jalan yang benar”. Proses “minoritisasi” dapat dilihat sebagai konsekuensi relasional dari kekuasaan yang diproduksi maupun direproduksi oleh teknokrasi developmentalisme. Mereka yang dibayangkan ‘tertinggal’, ‘terkebelakang’, ‘terpencil’ diperlakukan sebagai subjek yang seolah tak memiliki sejarah, argumentasi dan agensi sosial.
Pinjam Buku Ini
Buku ini dapat dipinjam/dibaca di:
Koleksi belum dapat dipinjam atau dibaca di tempat