Lelaki dari Polewali Mandar ini hanya duduk di bangku sekolah dasar sampai kelas III. Dia meninggalkan sekolahnya karena menghindari hukuman atas perkelahian dengan sesama teman. Pada usia 13 tahun dia meninggalkan kampungnya ke tanah Bugis, Pinrang, untuk belajar menggembala sapi dan menggarap sawah. Pulang dari merantau itu, bukannnya kembali ke sekolah, dia asyik menjadi peladang, menanam jagung, mangga, dan kakao. Seterusnya dia jadi nelayan, buruh bangunan dan sebagai tukang batu. Berbagai jenis pekerjaan itu menjadikannya tumbuh sebagai lelaki yang mampu berdiri sendiri. Dia belajar pada kehidupan. Dalam biodatanya tidak dijelaskan kapan dia mengenal puisi dan kapan dia mulai menulis larik-larik puisi. Sudah dapat diduga dia otodidak dalam belajar menulis puisi itu. Juga tidak dijelasakan buku karya sastra apa yang pertama kali dia baca. Dan bagaimana dia melancarkan kemampuan membacanya. Dengan modal hanya kelas III SD tidak cukup baginya untuk melancarkan pembacaannya. Atau, mungkin karena dorongan membaca yang tinggi itu justru menyebabkan dia lancar melahap berbagai bacaan termasuk karya sastra berupa novel, cerpen, dan puisi.