Gumam Asa dalam buku ini masih begitu kentara kecenderungan pada bentuk puisi, yang tersamarkan oleh bentuk tulisan prosa, yang membawa pembaca untuk menentukan posisi sendiri dalam pembacaannya. Apakah pembaca memandang teks di depannya sebagai puisi atau prosa, diserahkan kepada pembaca sendiri untuk menentukannya. Bila memilih sebagai puisi, maka pembaca harus melihatnya dengan frame bentuk puisi. Bila memilih sebagai prosa, maka pembaca harus menjadi tokoh dalam tulisan tersebut dengan menentukan kata-kata tambahan yang terbayang sendiri untuk membayangkan pembacaannya.