Relasi perempuan dan alam : ekofeminis dari konteks Indonesia
Siahaan, Melinda (Pengarang) ; Asnath Niwa Natar (Pengarang) ; Margaretha M.A. Apituley (Pengarang) ; Andreas Kristianto (Pengarang) ; Simanjuntak, Wilda (Pengarang) ; Fiktor J. Banoet (Pengarang) ; Ishak Oematan (Pengarang) ; Siregar, Gerald Moratua (Pengarang) ; Anna Marsiana (Pengarang) ; Darwita Purba (Pengarang) ; Maria R.A. Pada (Pengarang) ; Weldemia Yudit Tiwery (Pengarang) ; Sharon Michelle Oktaviani Pattiasina (Pengarang) ; Asaria Lauwing Bara (Pengarang) ; Anthoneta Nelci Ayatnoi (Pengarang) ; Nainggolan, Dianna (Pengarang) ; Amanda Stivani Emilia Tanebeth (Pengarang) ; Jollyanes Petrecia Ledo (Pengarang)
Tersedia di:
Deskripsi
Ekologi makin lama makin mengalami kerusakan hebat. Penyebabnya bisa terjadi karena alam memperbarui dirinya sendiri, seperti gempa dan meletusnya gunung berapi; bisa juga disebabkan karena ulah manusia. Tangan-tangan manusia yang serakah, demi keuntunga yang sebesar-besarnya, telah menebang dan membakar hutan, mencemari air dengan limbah-limbah pabrik, dan mem- buang sampah sembarangan. Jika dibuat persentasenya, 99% kerusakan hutan di Indonesia disebabkan oleh ulah manusia dan hanya 1% yang disebabkan oleh alam itu sendiri. Kondisi inilah yang kemudian menimbulkan dampak serius bagi alam, sehingga terjadi perubahan iklim, pemanasan global, polusi air dan udara, kekeringan dan mencainya es di Kutub Utara maupun Selatan. Akibatnya, manusia mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih dan makanan yang sehat, terjadinya bencana alam dan timbulnya berbagai penyakit, termasuk pandemi, yang kemudian makin memperburuk kehidupan manusia; selain menderita sakit dan terancam nyawanya, pandemi juga telah memporak- porandakan ekonomi manusia. Manusia menjadi makin sulit mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerusakan ekologi tidak terlepas dari cara manusia memperlakukan alam. Alam dipandang sebagai objek dan materi yang bisa diperlakukan sesuka hati. Penguasaan terhadap alam hampir sama dengan penguasaan terhadap kaum perempuan, yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran maskulin dan patriarki. Pola pikir maskulin yang bersifat hierarkis, dualistik (rohani dan materi), dan menindas telah mengancam keselamatan alam dan kaum perempuan. Karena itu, Ekofeminisme lahir sebagai jawaban untuk menyelamatkan bumi dengan berlandaskan pada peran tradisional perempuan dalam mengelola lingkungan hidup dan seisinya bagi sumber kehidupan. Buku ini sebagai upaya berteologi ekofeminis, yang berangkat dari konteks masing-masing, seperti masalah hutan, tanah, sampah, polusi udara, pembangunan yang merusak, polusi air dan lain sebagainya. Tujuannya adalah untuk menggali prinsip-prinsip-feminin dalam kearifan lokal dalam rangka memperbarui alam, Kiranya, karya tulis ini bisa menghasilkan teologi ekofeminis yang lebih ramah terhadap alam.