Tuhan tak berdagang : perdagangan orang, trauma dan teologi di Nusa Tenggara Timur
Mery Kolimon (Pengarang) ; Ester Damaris Wolla Wunga (Pengarang) ; Ambrosius Herwanto Menda (Pengarang) ; Liliya Wetangterah (Pengarang) ; Rambu Anamaeri (Pengarang) ; Elina W. Otu (Pengarang) ; Laurentina (Pengarang) ; Yanti Giri (Pengarang) ; Adi Amtaran (Pengarang) ; Nicolas Lumba Kaana (Pengarang) ; Ivonne N.A. Peka (Pengarang) ; Emmy Sahertian (Pengarang) ; Paoina Bara Pa (Pengarang) ; Nelson, Karen Campbell (Penyunting)
Tersedia di:
Deskripsi
Human trafficking atau perdagangan manusia masih menjadi masalah besar yang harus segera ditangani pemerintah dan harus diperhatikan secara serius oleh gereja setempat. Betapa memperihatinkan, jumlah korban Pekerja Migran Indonesia (PMI) meninggal dunia yang dikirim pulang ke Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) selama periode 2014-Agustus 2019 melalui kargo Bandara El Tari Kupang tercatat 354 orang. Jumlah ini adalah jumlah yang berhasil dipulangkan ke Indonesia; tak terhitung yang tak dapat dikirim pulang. Belum termasuk pula yang pulang dalam keadaan sakit, cacat, dan trauma akibat berbagai jenis kekerasan yang mereka terima selama bekerja di luar negeri. Sangat miris membaca kisah-kisah pengalaman tragis dan traumatis para pekerja migrant NTT yang dimuat dalam buku ini. Kebanyakan adalah remaja putrid atau perempuan dewasa, entah lajang atau sudah menikah. Demi mengejar mimpi indah menjadi orang sukses dan cita-cita mulia ingin membantu ekonomi keluarga, mereka yang rata-rata putus sekolah atau berpendidikan rendah itu meninggalkan kampong halaman dan menjadi pekerja di luar daerah atau luar negeri-mayoritas di Malaysia. Alih-alih berhasil mewujudkan mimpi, mereka hanya dijadikan sapi perah oleh majikan dan agen. Tenaga mereka benar-benar dikuras habis dan tak jarang disertai pelecehan dan kekerasan fisik, sementara gaji mereka ditahan atau dipotong, bahkan ada yang tak pernah menerima gaji sama sekali selama bekerja. Derita Mama Lali yang gajinya dihabiskan suami di kampong; Maria yang ditipu oleh perekrut lapangan (PL, saudara ayahnya sendiri; Lot yang ditipu perusahaan PMI dan ‘dikerjai’ rekanya hingga mengalami gangguan kejiwaan; Eta, Dina,dan Ema yang diperbudak diperusahaan sarang burung wallet hingga dua rekan mereka – Marini dan Rini – tewas; Rani yang diperkosa oleh adik majikan hingga hamil lalu anaknya diadopsi paksa oleh sepupunya; Nona yang dipulangkan dalam peti mati dengan kondisi mencurigakan; Ria yang diperlakukan tidak manusiawi di Balai Latihan Kerja; Maria yang harus diamputasi akibat tersengat listrik di tempat majikan; Nori yang dijual oleh kakak angkatnya menjadi pekerja seks; May dan Marieta yang disiksa majikan hingga berdarah-darah, dan kisah-kisah pilu lainnya, ditampilkan oleh 12 penulis yang rata-rata adalah pendeta, dosen, pengerja desa, dan aktivis jaringan/komunitas anti perdagangan manusia, khusunya di NTT. Derita mereka menyisakan pertanyaan: apa yang bisa kita perbuat bagi mereka?