Mikrobiota vs stunting pada anak : terutama pengaruhnya pada stunting anak balita
Simanjuntak, Betty Yosephin (Pengarang) ; Rahma Annisa (Pengarang) ; Arie Ikhwan Saputra (Pengarang) ; Clara Mitak (Penyunting)
Tersedia di:
Deskripsi
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Stunting dapat diketahui dengan membandingkan panjang atau tinggi badannya dengan standar yang telah ditetapkan. Keadaan stunting ini didefinisikan apabila nilai Z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 sampai -3 standar deviasi (SD). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyebutkan proporsi stunting turun dari 37,2% menjadi 30,8% dengan prevalensi tertinggi berada pada kelompok umur 12-23 bulan dengan kriteria sangat pendek sebesar 15,3% dan pendek sebesar 22,4%. Hal ini berarti satu dari tiga anak mengalami stunting. Menurunnya prevalensi stunting sebesar 6,4% menunjukkan status gizi di Indonesia sudah mengalami perbaikan, tetapi jika berpedoman pada standar kesehatan gizi masyarakat menurut WHO suatu wilayah dikatakan mengalami masalah gizi kronis bila prevalensi stunting > 20%. Intervensi untuk mengatasi stunting pada anak-anak terutama berfokus pada asupan nutrisi yang kurang memadai. Dalam upaya memberantas stunting pada anak-anak diperlukan adanya akses yang baik dalam ketersediaan sumber air untuk keperluan minum, fasilitas jamban yang bersih dan memadai, ketersediaan air, tempat, dan sabun untuk mencuci tangan di sekitar anak-anak. Kondisi ini dapat mencegah penularan penyakit infeksi seperti diare untuk menekan angka kejadian stunting pada anak.