Bibliografi: halaman 141-143 ; Manusia memang bisa memiliki moral, etika dan susila dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia, namun itu belumlah cukup mengantarkan kepada kebahagiaan hidup, maka dia butuh bimbingan dari Tuhan, berupa akhlak. Keselarasan dan keharmonisan relasi manusia dengan Tuhan, sesama dan lingkungan, menjadikan seseorang sehat lahir dan batin, dengannya memiliki katub pengaman hidup menuju bahagia, inilah esensi akhlak tasawuf. Demi melangkah menuju hidup sempurna, sangat diperlukan memiliki akhlak mulia, meliputi berperilaku atau bersikap baik, benar, jujur, melaksanakan amanah, menepati janji, rendah diri, berbakti kepada orang tua,, berlaku baik kepada tetangga, memuliakan tamu, pemurah dan dermawan, penyantun dan sabar, saling mendamaikan umat manusia, menyambung tali silaturrahmi, malu jika berbuat maksiat, kasih sayang, berlaku adil, dan senantiasa menjaga kesucian diri. Secara personal, akhlak tasawuf menuntun hidup manusia meuju insan kamil (islam kaffah), suatu keadaan yang terjadi melalui terkumpulnya sejumlah potensi dan kelengkapan, yakni berfungsi akalnya secara optimal, berfungsi intuisinya, mampu menciptakan budaya, menghiasi diri dengan sifat-sifat ketuhanan, berakhlak mulia, dan berjiwa seimbang.