Peri kecil Violet terus terbang, melewati bukit dan lembah, melewati sungai-sungai yang lebar dan hutan-hutan yang gemerisik, hingga sinar matahari yang hangat pun berlalu, dan angin mulai menjadi dingin. Udara menjadi tebal karena salju yang turun. Lalu, jauh di bawah sana, ia melihat rumah Raja Frost. Pilar-pilar es abu-abu yang keras menopang atap yang tinggi dan melengkung, digantung dengan es-es kristal. Taman-taman suram terhampar, dipenuhi dengan bunga-bunga yang layu dan pohon-pohon yang tumbang, sementara awan rendah menggantung rendah di langit yang gelap, dan angin dingin berbisik sedih di udara musim semi yang dingin. Dengan jantung berdebar, Violet mendekatkan karangan bunganya yang mulai layu lebih dekat ke dadanya, dan dengan sayap yang lelah ia terbang mendekati istana yang suram itu. Di sana, di depan pintu yang tertutup, berdirilah sosok-sosok dengan wajah gelap dan suara keras dan sumbang, yang dengan tegas bertanya kepada peri kecil yang menggigil itu, mengapa ia datang kepada mereka. Louisa May Alcott penulis Amerika, yang tenar dengan bukunya Little Woman, yang dianggap sebagai salah satu karya klasik yang paling banyak diadaptasi. Di awal karirnya, kesulitan ekonomi membuat Louisa menulis novel-novel picisan dengan memakai nama pena. Fabel Bunga-bunga adalah buku pertamanya yang ditulisnya dengan menggunakan nama aslinya.