Tuhan tidak perlu di bela
WAHID, Abdurrahman ; Isre, Moh. Saleh (penyunting)
Tersedia di:
Deskripsi
hlm 309-312 ; hlm. 309-312 ; Kolom-kolom “klasik” Gus Dur--panggilan akrab Abdurrahman Wahid--yang terkumpul dalam buku ini kurang lebih berusaha menyoroti peranan agama dalam masyarakat yang sedang mengalami berbagai proses perubahan--politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan, seperti juga sekarang ini. Dalam tulisan-tulisan yang awalnya dimuat di Majalah Tempo ini, tercium kesan yang cukup kuat akan suatu kekhawatiran terjadinya perselingkuhan agama dengan sebuah kepentingan politik kelompok tertentu, yakni dengan mengatasnamakan agama, atau bahkan Tuhan sehingga akhirnya melahirkan suasana politik kekerasan atau kekerasan politik dengan dalih agama. Nama Tuhan, yakni “Sang Penguasa Agama”, dibawa-bawa ke sana kemari, mirip sebuah barang dagangan. Kalau sudah demikian kejadiannya, apakah yang terjadi sebenarnya bukan merupakan reduksi terhadap nilai luhur dari misi agama itu sendiri?