Menjadi bidadari
QANITA, Lianni
Tersedia di:
Deskripsi
Setengah jam berlalu, aku dan ayah masih saling diam di taman belakang. Ayah duduk bersandar di kursi malas. Tatapan matanya lurus memandang pagar rumah. Tak ada kedipan mata. Tak ada juga seberkas cahaya pada kejora matanya. Ayah terus saja diam. Secangkir kopi panas yang kubuatkan pagi ini belum sekalipun ayah teguk, sekedar menghirup aromanya pun tidak. Hanya jari-jari tangan kanannya yang tak bias diam, memutar-mutar rokok di antara jari-jari tangan kanannya dan menjentik-jentik ujungnya ketika bra memadam mejadi lathu. Kepulan asap putih dan lembut tak lagi terlihat membumbung dari permukaan kopi yang tenang itu. Beberapa menit sebelumnya, koopi itu seperti dananu di saat pagi sewaktu musim dingin tiba.