Hidup adalah soal pilihan, dan pilihan yang tepat akan menghantar pemilihnya menuju maqam kebahagiaan hidup. Kegagalan memilih pilihan yang terbaik akan menghantar pelakunya menerjuni maqam kenestapaan hidup. Bayangkan, seorang luluisan Harvard Iniversity, yang niscaya sangat mudah memperoleh ruang kerja yang mapan, memilih untuk mengabdi di sebuah pesantren kecil, terpinggir, dan tak ada uangnya? Itulah bukti kekuatan pilihan hidup. Apa sebenarnya yang mendasari tokoh utama novel ini meminggirkan darinya dari riuh rendah metropolitan, dan penuh khusyuk memasuki dunia pesantren yang sepi, sunyi, dan tak ada kemilau materinya?