Ketika Joshua pindah ke pondok kecil di ujung kota, penduduk setempat terkesima oleh kehadirannya. Ia membiayai hidupnya dengan bekerja sebagai tukang kayu. Ia hanya menarik ongkos kecil untuk jasanya, namun hasil karyanya luar biasa. Patung Musa yang ia pahat untuk sinagoga setempat mengundang ketakjuban, juga keresahan. Walaupun ia baik dan tanpa memikirkan diri sendiri berusaha memepersatukan penduduk setempat, beberapa orang tetap curiga. Akhirnya, dalam upaya meredam kecurigaan masyarakat, Joshua dihadapkan pada para pemimpin gereja setempat.