Mangun
Sergius Sutanto
Tersedia di:
Deskripsi
imam Katolik setelah pada satu siang bolong, pidato Mayor Isman semakin menguatkan kenyakinannya: rakyat yang menderita adalah pahlawan yang juga harus dikenang. Sepuluh tahun lebih dia menjadi pastor, arsitek, dan menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi di Jogjakarta. Namun pada tahun kedua belas, wajah si petani tua yang merintih kehausan kembali hadir dalam rupa dan wajah lain. Akhirnya dia mengambil sebuah langkah berani, meninggalkan kegiatan mengajar dan hengkang dari tembok tebal gedung gereja untuk hidup bersama orang-orang di pinggiran Kali Code. Di situ, dia merintis arsitektur bagi kaum papa. Sebuah keputusan yang akhirnya menyeret ke dalam gejolak gairah dan kehidupan politik yang mengancam hidupnya pada tahun-tahun ke depan.