Perempuan Kristiani Indonesia berteologi feminis dalam konteks
Asnath N. Natar
Tersedia di:
Deskripsi
Saat ini kita dapat melihat tokoh-tokoh perempuan yang menduduki jabatan penting, seperti misalnya, Sri Mulyani dan Susi Pudjiastuti yang menduduki posisi sebagai menteri di pemerintahan. Hal ini sedikitnya menunjukkan bahwa seseorang tidak lagi mempermasalahkan gender untuk menduduki suatu jabatan penting, namun lebih kepada kemampuan dan kecakapan mereka dalam menjalankan perannya dalam suatu jabatan yang diembannya. Akan tetapi, permasalahan terkait dengan kesetaraan gender di tengah-tengah kita masih saja menjadi hal yang terus diperjuangkan oleh banyak aktivis perempuan yang melihat masih adanya ketidakadilan dan keterkekangan bagi kaum perempuan. Dalam hal kehidupan budaya dan agama misalnya, perempuan masih terjebak dalam budaya yang patriarkhal. Di kedua bidang ini masih terdapat pemikiran-pemikiran yang memosisikan wanita di bawah laki-laki (tidak dominan), tidak memiliki kuasa untuk dapat memiliki posisi yang setara dengan laki-laki atau bahkan melebihi laki-laki. Oleh karena itu, Pusat Studi Teologi Feminis Fakultas Theologia Duta Wacana membuat buku yang berjudul: Perempuan Kristiani Indonesia Berteologi Feminis dalam Konteks. Teologi Feminis itu sendiri merupakan gerakan yang mendukung gerakan feminis. Gerakan feminis menunjukkan sikap yang mengandung keyakinan kukuh mengenai kesetaraan antara perempuan dan laki-laki beserta komitmen untuk memperbarui masyarakat agar kesetaraan penuh antara perempuan dan laki-laki dihormati. Dalam buku ini juga dibukakan tokoh-tokoh perempuan dalam cerita Alkitab yang memiliki peran besar pada zamannya. Misalnya, cerita mengenai Ester yang begitu berani menghadap ke Raja Ahaysweros, Raja Persia pada saat itu, untuk membahas mengenai kepentingan bangsanya yang hendak dimusnahkan oleh Haman, pembesar kerajaan. Pada saat itu, tidak dibenarkan jika seseorang menghadap raja sebelum diperintahkan oleh sang raja. Namun, dari keberaniannya kita dapat melihat bagaimana Ester rela mengorbankan nyawanya dan menghadap raja demi sanak keluarga dan bangsanya terhindar dari pembunuhan massal. Selain Ester, masih banyak lagi tokoh-tokoh perempuan yang memiliki keberanian yang besar seperti Ester yang dibukakan dalam buku ini. Buku ini sendiri merupakan kumpulan pemikiran maupun pengalaman dari 14 penulis berteologi feminis dalam konteks negara Indonesia. Hal ini juga patut disambut gembira di tengah kurangnya literatur dalam bidang teologi feminis yang ditulis oleh orang Indonesia sendiri sehingga kasus-kasus yang dibukakan pun dapat lebih mudah dipahami oleh para pembacanya. Melalui buku ini, diharapkan dapat membuka wawasan banyak orang (perempuan ataupun laki-laki) terkait dengan feminisme dan membebaskan perempuan dari budaya dan teologi yang patriarkhal.