Raga kayu, jiwa manusia : Wayang Golek Sunda
Sarah Anais Andrieu ; Febye Mokoginta (penerjemah) ; Taufik Atik (penerjemah) ; Ade Pristie Wisanhani (penyunting)
Tersedia di:
Deskripsi
Wayang golek purwa kini sangat populer di Tanah Sunda, Jawa Barat, Indonesia. Praktik yang kompleks dalam dimensi sosial dan artistiknya ini diproklamasikan oleh UNESCO sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Takbenda Manusia yang merupakan bagian dari pencalonan umum “Wayang Indonesia”, pada tahun 2003. Buku ini menguraikan dan membahas jalur yang dilalui suatu warisan keluarga hingga menjadi suatu warisan bersama, nasional, dan dunia. Analisis antropologi ini memadukan kajian politik budaya di tingkat-tingkat tersebut dengan kajian konsep-konsep global dan studi mendalam mengenai tahapan pencalonan pertama Indonesia pada warisan takbenda UNESCO, serta realitas etnografi wayang golek. Dari proses warisanisasi resmi (yaitu proses menjadi warisan) itu muncul banyak kepentingan, seperti pembentukan identitas dan budaya nasional, atau pula spektakularisasi dan folklorisasi wayang golek, perubahannya menjadi sebuah produk ekspor, suatu sumber daya untuk digerakkan dan didayagunakan. Warisan menjadi modal usaha untuk diputar terutama untuk tujuan ekonomi di suatu provinsi yang diterpa krisis moneter pada 1997 dan akhir 2008, dan di dalam proses demokratisasi yang kompleks setelah tiga dasawarsa berada di bawah rezim otoriter Orde Baru (1966-1998). Tak sekadar membatasi diri hanya menelaah jukstaposisi konsep internasional warisan takbenda dengan konteks lokal yang spesifik, karya ini memperlihatkan bagaimana, melalui praktik-praktik mereka, para praktisi wayang golek mengambil istilah baru ini. Kemudian, mereka memberikan unsur-unsur perenungan umum terhadap warisan dengan wayang golek yang berfungsi sebagai metawacana dalam masyarakat Sunda kontemporer.