Sejak kecil, Lafran Pane, anak
piatu yang lasak dari kaki Gunung
Sibualbuali hanya ingin menemukan
kemerdekaan dan cinta yang
hilang. Tapi pencariannya ini nyaris
membunuhnya secara ragawi, tapi
terbangkitkan secara rohani.
Ikuti petualangan adik sastrawan
Sanusi Pane dan Armijn Pane ini,
menunaikan misi hidupnya dan
menemukan cintanya di bawah
penjajahan Belanda dan Jepang.
Dari tukang protes guru menjadi
guru besar. Dari penjual es lilin
menjadi pahlawan nasional.
Baginya merdeka itu ketika berani
jujur dan sederhana di tengah riuh
rendah dunia.
Baginya, merdeka itu sejak hati,
Islam itu sejak nurani.