Empat kumpulan sajak

Empat kumpulan sajak

Rendra, W.S. (Pengarang)

Puisi Indonesia-- kumpulan
Detil Buku
Edisi Cetakan kelima, 1986
Penerbit Jakarta : Dunia Pustaka Jaya, 1986
Deskripsi Fisik 163 halaman ; 18 cm
ISBN -
Subjek Puisi Indonesia-- kumpulan
Bahasa Indonesia
Call Number 811 REN e
Deskripsi
Empat Kumpulan Sajak merupakan buku kumpulan sajak kedua karya W.S. Rendra sesudah Balada Orang-Orang Tercinta (1957). Buku kumpulan sajak itu pertama kali diterbitkan pada tahun 1961 oleh PT Pembangunan, Jakarta. Tujuh belas tahun kemudian, yaitu tahun 1978, kumpulan sajak ini diterbitkan ulang oleh penerbit PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta. Dalam katalog penerbitan buku oleh PT Dunia Pustaka Jaya, Empat Kumpulan Sajak termasuk kategori "Seri Pustaka Sajak" yang cukup laris di pasaran. Terbukti, buku Empat Kumpulan Sajak karya W.S. Rendra pada tahun 1994 sudah memasuki cetakan ketujuh. Gambar jilid buku setebal 163 halaman itu dibuat oleh Yus Rusamsi dan dicetak oleh PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Sesuai dengan nama judul buku ini, Empat Kumpulan Sajak, memuat 4 (bab atau bagian) kumpulan sajak yang berisi masalah-masalah percintaan W.S. Rendra ketika masih zaman muda remajanya dahulu, tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an. Setiap bagian atau bab dalam buku Empat Kumpulan Sajak itu berjudul: (1) "Kakawin Kawin" memuat 20 sajak, (2) "Malam Stanza" memuat 29 sajak, (3) "Nyanyian dari Jalanan" memuat 20 sajak, dan (4) "Sajak-Sajak Dua Belas Perak" memuat 20 sajak. Jadi, secara keseluruhan sajak yang termuat dalam buku ini ada 89 sajak. Bagian pertama, "Kakawin Kawin" memuat 20 sajak yang terbagi menjadi dua subbagian, yaitu subbagian "Romansa" memuat 11 sajak yang berisi surat percintaan kepada kekasihnya, Sunarti, hingga ke sajak tentang pelamaran untuk meminang Sunarti sebagai istri dan calon ibu anak-anaknya. Sementara itu, pada subbagian kedua, "Ke Altar dan Sesudahnya", memuat 9 sajak yang berisi tentang sajak "Undangan" untuk pernikahannya dengan Sunarti, sajak-sajak upacara pernikahan pengantin muda di Gereja Santa Josef, Yogyakarta, hingga pada malam-malam pengantinnya yang penuh gairah dan semangat romantisme. Bagian kedua buku kumpulan sajak ini, "Malam Stanza", memuat 29 sajak-sajak bulan madunya bersama istrinya Sunarti Suwandi. Masa-masa bulan madu yang penuh keindahan dan kebahagiaan yang tiada tara itu dilukiskan dalam sajak-sajaknya, antara lain "Kali Hitam", "Batu Hitam", "Mata Hitam", "Burung Hitam", "Lagu Duka", "Lagu Sangsi", "Lagu Angin", "Lagu Ibu", "Lagu Serdadu", dan "Stanza". Bagian ketiga dari buku Empat Kumpulan Sajak, "Nyanyian dari Jalanan", memuat 20 sajak tentang perantauan penyair menyusuri liku-liku kehidupan ibukota Republik Indonesia, Jakarta, baik pada siang maupun malam hari. Dalam upayanya menafkahi anak dan istrinya, penyair rela pergi merantau meninggalkan Yogyakarta untuk mengembara di Jakarta. Namun, apa yang ditemuai di ibukota negeri tercinta ini? Penyair menjumpai Sungai Ciliwung yang kotor, bau busuk menyengat di sepanjang bantaran sungai, dan kalau musim penghujan terjadi banjir. Jakarta kotor, penuh polusi, dan tidak sehat bagi kesehatan manusia. Selain itu, kehidupan remang-remang kota Jakarta yang menampilkan potret seorang ronggeng, penjaja sek komersial di malam hari, dan anak jalanan yang lain mewarani bagian ketiga buku kumpulan sajak ini. Bagian keempat atau bab penutup dalam buku Empat Kumpulan Sajak, "Sajak-Sajak Dua Belas Perak" ini menampilkan 20 sajak yang berisi kenangan dan kesepian penyair dalam perantauan. Sajak-sajak yang terdapat dalam bagian keempat ini dipersembahkan secara beramai-ramai kepada: Fransiskus Sudibyanto, Pater Dick, Matheus Suwanto Suwandi, Subagio Slamet, Sutiyono Darsosentono, Lian Sahar, Sunarto Pr., dan Kirdjomulyo. Kepada mereka penyair mengucapkan terima kasih atas segala kebaikan hati mereka, serta sebagai pernyataan setia kawan untuk mereka. A. Teeuw (1970) menyatakan bahwa sajak-sajak Rendra dalam kumpulan sajak ini memperlihatkan ciri bentuk dan isi yang bersahaja, tetapi dengan menggunakan unsur-unsur sajak dan asonansi, dengan permainan kata-kata, dengan asosiasi yang tak disangka-sangka, dan dengan perlambangan yang kena, sajak-sajak Redra menjadi amat menarik. Nilai sajak-sajak Rendra dapat ditemukan pada kesejatian dan ketulusan perasaan pengarangnya. Sumber: https://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Empat_Kumpulan_Sajak | Ensiklopedia Sastra Indonesia - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Pinjam Buku Ini
Buku ini dapat dipinjam/dibaca di:
Perpustakaan Jakarta - PDS HB Jassin Dapat dipinjam: 2