Di surga, kita dilarang bersedih : dan cerita-cerita lainnya
Umar Affiq (Pengarang) ; Gunawan Tri Atmodjo (Penyunting)
Tersedia di:
Deskripsi
Seminggu setelah kematian sahabat kecil saya, pada purnama April 2016, saya mendapati mimpi yang sama sekali belum pernah saya alami. Mimpi itulah yang membangunkan saya pada pukul dua dini hari dan membuat saya menangis tanpa suara sampai pagi. Saya bahkan tidak tahu, apakah pada saat itu saya masih di bumi atau di alam lain. Mimpi itu, selama berhari-hari berikutnya, seperti sebuah gigitan serangga yang tiba-tiba muncul dan susah dihilangkan dari diri saya, bahkan mungkin hingga hari ini saat saya duduk dan menuliskan kalimat-kalimat ini. Setelah mimpi itu, saya seperti penderita paranoia dan pada akhirnya membiarkan diri duduk bersama buku-buku juga kesadaran untuk menuliskan mimpi itu, serta mimpi-mimpi lainnya. Mimpi yang berangkat dari kematian teman saya itu, mengilhami saya untuk menuliskan Suman. Meskipun demikian, setelah cerita pendek itu dituliskan, hantu dari mimpi itu masih menempel, membuat saya mengingat masa kecil kami, tempat-tempat yang pernah kami kunjungi, dan perihal lainnya. Pada fase ini, saya setuju dengan apa yang pernah dikatakan Mo Yan: All writers start by writing about their memories, especially childhood memories. Cerita-cerita saya memiliki jaringan yang saling hubung. Saya pun menyadari bahwa setiap buku hanya akan memulangkan saya kepada masa lalu dan atau beranjak ke masa depan. Ruangan yang pada satu sudut bisa saya kenal begitu dekat, tetapi pada sudut lainnya terasa begitu asing. Ruang yang entah menerima atau bahkan menolak kunjungan saya.