Psikoanalisis dan agama
Fromm, Erich (Pengarang) ; Erfina Maulida (Penerjemah)
Tersedia di:
Deskripsi
Orang-orang pergi ke gereja dan mendengarkan khotbah yang bercerita tentang cinta dan amal baik, dan orang-orang yang sama itu pula adalah orang yang akan menganggap diri mereka bodoh atau lebih buruk dari itu jika mereka merasa ragu untuk menjual suatu komoditas yang mereka tahu bahwa pelanggan tidak akan mampu membelinya. Anak-anak di sekolah Minggu belajar bahwa kejujuran, integritas, dan kebaikan jiwa harus menjadi prinsip-prinsip kehidupan mereka padahal kehidupan mengajarkan kepada kita bahwa mengikuti prinsip-prinsip kehidupan seperti itu hanya akan mengantarkan kita menjadi para pemimpi yang paling tidak realistis. Buku ini dapat dianggap sebagai kelanjutan atas pemikiran dan pandangan yang tertuang dalam buku berjudul Man for Himself, sebuah penyelidikan tentang psikologi etika. Etika dan agama sangat berhubungan erat sehingga sering kali tumpang tindih. Dalam Man for Himself, saya sepenuhnya menekankan pada pembahasan etika, sedangkan dalam buku ini, saya mencoba fokus pada persoalan agama. Pandangan-pandangan yang diungkapkan dalam buku ini tidak bermaksud mewakili pandangan psikoanalisis. Ada banyak psikoanalis yang mempraktikkan agama, dan banyak pula psikoanalis yang menganggap minat beragama sebagai gejala konflik emosional yang belum terselesaikan. Posisi psikoanalis yang diambil dalam buku ini berbeda dari kedunya dan lebih banyak mewakili cara pandang psikoanalis kelompok ketiga.